Eks Napiter jaringan MIT, Sdra Farid Hamza. (Foto: Istimewa)
Berita Harian Rakyat - Mantan narapidana terorisme (napiter) yang sudah kembali ke pangkuan ibu pertiwi, punya keinginan dapat hidup normal di tengah masyarakat.
Eks Napiter jaringan MIT, Sdra Farid Hamza menyatakan sikap mendukung Polda Sulteng dalam menanggulangi penyebaran paham Radikalisme diwilayah Kota Palu.
Saat ini pemerintah berkomitmen untuk terus memerangi paham radikal dan terorisme. Bagiamana tidak, radikalisme dan terorisme semakin hari semakin berkembang.
Bahkan, kelompok terorisme di Indonesia sudah banyak melibatkan anak-anak maupun perempuan untuk melancarkan aksinya.
Tak bisa dipungkiri, penyebaran dan virus untuk masuk dalam pemahaman radikal kian hari semakin intens serta merebak melalui jaringan sosial media, website di internet, sehingga dengan mudah mempengaruhi setiap orang terjerumus dalam lingkaran terorisme.
Sikap aparat hukum dalam menangani kasus terorisme ternyata merupakan salah satu kunci dalam mengubah pemahaman napi terorisme (napiter) terkait konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sikap dan pemahaman Farid Hamza berubah drastis dan mau kembali ke pangkuan NKRI serta menajalani kehidupan normal seperti layaknya masyarakat pada umumnya.
Farid mengatakan, selama menjalani masa tahanan, banyak berkumpul dengan sesama Napiter dimungkinkan membentuk kelompok yang mengarah kepada gerakan teror, radikal dan intoleran.
Namun paham dan sikap tersebut tidak sebanding dengan kembali berkumpul bersama keluarga, merawat dan membesarkan anak-anak sendiri.
Dia mengakui, kedaulatan bangsa serta meninggalkan paham terorisme, radikalisme dan intoleran yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, ujarnya.
Farid menuturkan, upaya yang dilakukan Polri terhadap eks Napiter merupakan perhatian negara kepada para mantan pelaku terorisme.
Harapannya setelah bebas, bisa kembali ke masyarakat memulai kehidupan normal serta bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat khususnya generasi muda wilayah Sulteng dan sekitarnya, untuk tidak mudah terpengaruh dan terhasut, baik melalui kajian-kajian keagamaan serta melalui pemberitaan di sosial media (Sosmed) terkait penyebaran paham radikalisme yang kian merebak, tutupnya.